Hard News : SOLO, KOMPAS.com
- Presiden terpilih Joko Widodo menjanjikan akan mengumumkan formasi
kabinet pemerintahannya pada pertengan September 2014. Saat ini, siapa
orang-orangnya masih dalam pembahasan.
"Nanti tanggal 15 atau
pertengahan September akan saya sampaikan. Ini belum waktunya," katanya
saat berkunjung ke kampung Cinderejo Lor, Gilingan, Solo, Sabtu
(13/9/2014).
Jokowi memastikan bahwa orang-orang yang akan
membantunya memerintah Indonesia berasal dari profesional. Setiap malam,
kata dia, terus dibahas dengan wakil presiden terpilih Jusuf Kalla.
Jokowi menolak untuk membocorkan apakah dalam kabinetnya akan ada posisi wakil menteri.
Jokowi-JK
sebelumnya meminta kepada Tim Transisi Jokowi-JK untuk mendalami opsi
format 34 menteri. Dalam format tersebut terdapat 19 kementerian akan
dipertahankan dan ada enam kementrian hasil dari penggabungan.
Soft News : JAKARTA, KOMPAS.com
- Ketua Umum PPK Kosgoro 1957 Agung Laksono meminta Partai Golkar
mempertimbangkan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat terkait
rancangan undang-undang (RUU) pemilihan kepala daerah di DPR.
Dia meminta Golkar melihat apakah rakyat menginginkan pilkada secara langsung atau melalui DPRD.
"Kosgoro
menyerahkan ke DPP Partai Golkar untuk memilih yang terbaik, dengan
turut mempetimbangkan dan memperhatikan sungguh sungguh aspirasi dan
saran yang berkembang dalam masyarakat," kata Agung saat berpidato dalam
Musyawarah Pimpinan Nasional I Kosgoro 2014, di Hotel Discovery, Ancol,
Jakarta Utara, Minggu (13/9/2014) sore.
Kendati demikian, Agung
tidak menyebutkan pilihan apa yang menurut dia sedang berkembang dalam
masyarakat saat ini. Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini hanya
mengatakan, seharusnya pilkada dijalankan dengan mempertimbangkan sila
ke-4 Pancasila dan Pasal 18 UUD 1945.
"Itu bunyinya Gubernur, Bupati dan Walikota dipilih secara demokratis," ucap Agung.
"Kalau
ada kelemahan itu sesuatu yang sudah pernah terjadi dan merupakan fakta
sosial dan politik. Setiap sistem punya keunggulan dan kelemahan masing
masing," ujar Agung.
RUU Pilkada saat ini tengah dibahas
Panitia Kerja DPR. Mekanisme pemilihan kepala daerah menjadi salah satu
poin di RUU tersebut yang mendapat sorotan.
Sebelum Pilpres
2014, tak ada parpol yang ingin kepala daerah dipilih oleh DPRD. Namun,
kini semua parpol dalam Koalisi Merah Putih, yakni Partai Golkar, Partai
Gerindra, Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai
Amanat Nasional, ditambah Partai Demokrat, malah mendorong agar kepala
daerah dipilih oleh DPRD.
Para bupati dan wali kota yang
tergabung dalam Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi)
dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) menolak tegas
pilkada oleh DPRD.
Opini : KOMPAS.com -
Pembelajaran abad 21 jangan sampai mengabaikan guru. Khususnya, untuk
pengayaan informasi pada proses belajar mengajar. Pembelajaran abad 21,
sebagaimana catatan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menjadi
standard dunia. "Salah satunya adalah teknologi informasi," kata Ketua
Umum Pengurus Besar (PB) PGRI Sulistiyo, dua hari silam.
Menurut
Sulistiyo, untuk mendapatkan berbagai pengetahuan melalui teknologi
informasi, guru mesti memunyai akses pada teknologi terbaru.
Pertimbangan inilah yang menjadi landasan kerja sama pihaknya dengan
Spektra dan Intel.
Dalam kerja sama itu, para guru yang menjadi
anggota PGRI akan masuk dalam Program Piranti Edukasi untuk Guru
(Pirandu). Spektra sebagai pihak yang memberikan program pembiayaan
sementara Intel bersama mitranya yakni Acer, Asus, Lenovo, dan SpeedUp
akan berperan pada penyediaan piranti keras dan lunak.
Dalam
kesempatan itu, hadir pula Presiden Direktur PT Astra Multi Finance
(Spektra) Darwan Tirtayasa dan Marketing Direktur Intel Indonesia
Corporation Hermawan Sutanto.
Lebih lanjut, Sulistiyo menambahkan
sekitar 90 persen atau 3 juta anggota PGRI adalah guru kelas-12 (K-12).
Para guru untuk kaetgori ini memerlukan pengembangan profesionalisme
melalui penguasaan dasar kemampuan dan pengetahuan teknologi, informasi,
dan komunikasi (TIK). "Kami berharap Pirandu meningkatkan
profesionalisme para guru,"kata Sulistiyo.
Untuk jangka
selanjutnya, menurut Hermawan Sutanto, pihaknya akan menghelat seminar
dan workshop pada 61 kota di Indonesia. Topik acara adalah Intel Teacher
Professional Development. Target acara adalah para guru K-12
Fakta : PROBOLINGGO, KOMPAS.com
– Kenaikan tabung gas elpiji 12 kg membuat pengusaha UKM dan PKL
kelabakan. Sebab, kenaikan itu akan mempengaruhi harga produk yang
mereka jual. Sebab, para konsumen kebanyakan masih pikir-pikir untuk
membeli barang yang harganya mengalami kenaikan.
Salah satu
pengusaha yang terpengaruh dengan kenaikan itu adalah Abdul Qodir,
pembuat tempe di Kelurahan Pilang, Kota Probolinggo, Jawa Timur. Menurut
dia, kenaikan elpiji itu membuatnya memutar otak untuk memasang
strategi penjualannya.
Menaikkan harga tempe jelas berisiko,
sementara mengurangi ukuran tempe juga berisiko. Untuk memproduksi
tempe, dirinya mengaku menggunakan bahan bakar tabung gas elpiji. Namun,
untuk mengimbangi adanya kenaikan harga tersebut, kini ia beralih
menggunakan bahan bakar dari kayu.
“Kita beralih bahan bakar
produksi itu untuk mengimbangi biaya pengeluaran. Kalau menggunakan
elpiji yang 12 kg, jangankan impas, kita saja sudah pasti rugi. Dengan
mengggunakan kayu bakar, biaya produksi bisa ditekan,” katanya, Sabtu
(13/9/2014).
Jika tidak beralih bahan bakar, imbuh dia, akan
berpengaruh terhadap harga tempe di pasaran. Sementara, dengan menaikkan
harga tempe di pasaran, ia masih berpikir dulu. Karena nanti akan
berimbas terhadap pelanggan.
Sedangkan PKL penjual nasi goreng
di sekitar alun-alun Kota Probolinggo bernama Badri, terpaksa mengganti
elpiji 12 kg menjadi elpiji 3 kg. Kalau terus menggunakan elpiji 12 kg,
pelanggannya bisa kabur. Elpiji ukuran 3 kg membuatnya bisa menjual nasi
goreng dengan harga tetap, Rp 7.000 per porsi.
Tak hanya
pengusaha tempe dan PKL, ibu-ibu rumah tangga yang menggunakan elpiji 12
kg kini ramai-ramai menggunakan elpiji 3 kg. Salah satu pemilik toko di
Jl Cempaka Kelurahan Sukabumi, Farid, sepekan terakhir banyak warga
yang mencari gas elpiji 3 kg.
“Konsumen yang beralih ke elpiji 3
kg itu, karena mereka menggap kenaikan harga tersebut terlalu mahal.
Sehingga, langkah alternatif menghadapi kenaikan tersebut dengan cara
beralih elpiji yang lebih kecil. Saya sering kehabisan stok elpiji 3
kg,” jelasnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar