Jumat, 03 Oktober 2014

OPINI

OPINI saya kali ini membahas tentang moving class.
Apa sih "Moving Class"?
     Moving class adalah sistem kelas berpindah yang mengharuskan siswa untuk berpindah-pindah kelas. Jadi, moving class itu siswanya yang
berpindah, bukan gurunya yang berpindah. Atau bisa juga  suatu program yang mengharuskan siswa/mahasiswa untuk berpindah-pindah dari kelas ke kelas yang lain saat berganti mata pelajaran.

kelebihan Moving Class in
i         :
- Para guru tidak perlu berpindah kelas, guru pun lebih siap dalam menyampaikan berbagai materi.
- Guru tidak kehilangan waktu untuk berjalan dari kelas ke kelas saat ganti pelajaran.
- Siswa tidak merasa bosan dan jenuh
-Guru tidak perlu membongkar alat prasarana mereka untuk mengajar
- Siswa dapat merasakan kenyamanan di setiap kelas

kekurangan Moving Clas
s           :
- Dapat mencoret-coret meja dan fasilitas di kelas tanpa ketahuan
- Tidak ada rasa kepimilikan terhadap suatu kelas
- Mengabaikan jadwal piket kelas
- Terlalu repot saat berpindah kelas, dan cukup menguras waktu
- sikap tanggung jawab atas kelas menjadi tidak ada.

tindakan yang harus di ambil
   :

menurut saya , moving class harus segera berhenti , karena dengan adanya moving class ini, para siswa menjadi kurang perhatian akan kelasnya masing-masing .lagian juga  sistem kelas biasa lebih unggul dari moving class. Walaupun sistem kelas biasa juga memiliki kekurangan, paling tidak coret-coret dimeja akan berkurang karena jika ada yang mencoret-coret meja pasti siswa kelas itu . juga tugas piket jika dikelas biasa pasti siswa akan menjaga kelasnya seakan-akan berlomba kebersihan dengan kelas lain , dan sikap ini lah yang perlu diterapkan oleh siswa.

Ulangan Harian

Mereka Parkir Pinggir Jalan Demi Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih

Sabtu, 4 Oktober 2014 | 07:23 WIB

Kompas.com/Uno KartikaKeramaian pelanggan Nasi Goreng Kambing Kebon 

JAKARTA, KOMPAS.com - "Sini, Pak, sini, Pak!" teriak tukang parkir kepada pengemudi Mitsubishi Pajero Sport yang melambat dan memberikan kode hendak menepi.  

Tak lama, mobil itu sudah terparkir rapi di bahu jalan. Pengemudi beserta empat  penumpangnya keluar dari mobil lalu berjalan menuju gang yang berada di sisi kanan mobil.


Di sana, salah satu penumpang tak ragu langsung mengorder sesuatu."Nasi goreng kambing lima, Mas!"

Mereka pun segera mencari duduk di meja kayu yang menumpang pada papan-papan di pinggiran gang. Dua orang dari mereka terpaksa berdiri dulu, menunggu pelanggan lainnya selesai menyantap hidangan mereka.
Begitu mereka dapat duduk, tak lama nasi goreng kambing pun datang dengan aroma harum kapulaga dan rempah lainnya. Pelayan membawakannya lima piring sekaligus untuk mereka. Pelayan juga meletakkan sepiring acar di samping piring nasi goreng.
Tak lagi pikir panjang, kelimanya langsung menyantap nasi goreng itu dengan lahap. Ternyata mereka adalah keluarga pelanggan setia Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
"Sudah langganan dari dulu. Dari semua nasi goreng kambing, ini yang paling enak," kata Suprapto (50).
Suprapto sedikit bercerita awal mula ia menyukai nasi goreng yang berasal dari warung kaki lima itu. Ia mengaku sudah sering makan di sana sejak tahun 1987. 
"Dulu kantor saya di sekitar Kebon Sirih, jadinya sering ke sini. Dari dulu sudah ramai, enak sih. Lama-lama saya ajak keluarga ke sini, ya sekali-sekali saja, enggak sering-sering," cerita pria berkumis ini.
Ya, Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih sudah ada sejak setengah abad lalu. Nasi goreng ini memiliki ciri khas dengan rasa rempah yang kental serta daging kambing yang empuk. Meski hanya berupa warung kaki lima pinggir jalan, warung ini mampu menyerap animo masyarakat. 

Pantauan Kompas.com, di hari apapun, bahu jalan di sekitar warung ini selalu dipenuhi oleh jejeran mobil yang diparkir. Bahkan, di akhir pekan, parkir bisa mencapai dua lajur. Tentu saja, hal itu ikut berkontribusi dalam membuat lalu lintas di jalan tersebut tersendat.
Joko (46), tukang parkir di kawasan tersebut, mengatakan, tak kurang dalam sehari, puluhan mobil terparkir silih berganti di bahu jalan demi menuju Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih. Pada akhir pekan, jumlah ini bisa mencapai ratusan. Belum lagi motor yang jumlahnya juga mencapai puluhan.
Jika ditilik dari total 80 kilogram nasi dan 20 kg daging kambing yang diolah setiap harinya oleh juru masak di sana, jumlah kendaraan sebanyak itu yang terparkir di sana memang masuk akal. 
Pelanggan warung itu, dari mulai karyawan-karyawan seusai jam kantor, anak-anak muda yang asyik bersenda gurau, hingga keluarga seperti Suprapto. Mereka rela memarkir kendaraan di pinggir jalan demi melahap Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih.
sumber klik disini

opini :
             menurut saya keramaian ini adalah kelakuan dari penjuakan si pedangagang hanya saja terlalu banyak pembeli yang memenuhi parkiran.
            jika memang nasi goreng itu enak , seharusnya pedagangnya mampu mengatur areal parkirnya .
            parkiran mobil yang tidak teratur ini seharusnya ditertibkan oleh tukang parkir dan diberi tempat parkir khusus supaya tidak merusuhi pedagang lain . untuk menertibkan tempat parkir.