Minggu, 07 April 2019

LKM 1 PATOFISIOLOGI INJURI SEL


Nama   :           Natasha Rachel Oeyanda Kaunang
NIM    :           180103066
Matkul :           Patofisiologi
Kelas   :           2A S1 Keperawatan

LKM 1 PATOFISIOLOGI

1.      Injuri sel atau cedera sel merupakan suatu keadaan dimana suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap rangsangan.
injuri sel.jpg
2.      Penyebab Injuri Sel
a.       Racun Kimia : bahan-bahan kimia dan obat-obatan
·         Obat terapeotik
·         Bahan bukan obat
·         Bahan penginfeksi, termasuk virus, ricketsia, bakteri, jamur dan parasit.
·         Reaksi imonologic
·         Kekacauan genetic
·         Ketidakseimbangan nutrisi.
b.      Infeksi : sel dapat rusak bila terkena infeksi dari virus, jamur, atau bakteri.
c.       Hipoksia : adalah penurunan konsentrasi oksigen di dalam jaringan.
3.      Adaptasi Sel : Perubahan Patofisiologi Seluler
atropi hipertropi2.jpg
                                                              i.      Atropi : adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi dapat menjadi suatu respons adaptif yang timbul sewaktu terjadi penurunan beban kerja atau jaringan. Dengan berkurangnya beban kerja,maka kebutuhan akan oksigen dan gzi juga berkurang. Hal ini menyebabkan sebagian besar struktur intrasel, termasuk mitokonsria, retikulum endoplasma, vesikel intrasel, dan protein kontraktil menyusut.
                                                            ii.      Hipertropi : adalah bertambahnyaukuran suatu sel atau jaringan. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan beban kerja suatu sel yang disebabkan olehkebutuhan sel akan oksigen dan zat gizi meningkat.
                                                          iii.      Hiperplasia : adalah peningkatan jumlah sel yang terjadi pada suatu organ akibat peningkatan mitosis. Ditemukan hanya pada sel yang mengalami mitosis seperti sel hati, ginjal dan jaringan ikat. Hiperplasia dapat bersifat fisiologis, patologis, atau dapat terjadi sebagai kompensasi terhadap kehilangan atau cedera jaringan.
                                                          iv.      Metaplasia : adalah perubahan sel dari satu subtipe ke subtipe lainnya, biasanya terjadi sebagai respon terhadap cedera atau iritasi kontinu yang menghasilkan peradangan kronis pada jaringan. Sel yang mengalami metaplasia lebih mampu bertahan terhadap iritasi dan peradangan kronik akan menggantikan jaringan semula.
                                                            v.      Displasia : adalah kerusakan pertumbuhan sel yang menyebabkan lahirnya sel yang berbeda ukuran, bentuk, dan penampakannya dibandingkan sel asalnya.
4.      Infeksi secara definisi ialah peristiwa masuk dan penggandaan mikro-organisme (agen) di dalam tubuh pejamu (hots), sedangkan penyakit infeksi merupakan manifestasi klinik bila terjadi kerusakan jaringan dan/atau fungsi bila reaksi radang/imun pejamu terpanggil.
5.      Faktor yang mempengaruhi infeksi :
·         Penurunan imunitas : bila tubuh mengalami penurunan imunitas maka infeksi yang menyerang tubuh akan cepat berkembang dan tubuh akan sulit mempertahankan keadaan normalnya sehingga sakit.
·         Lingkungan :
o   Faktor ekstrinsik : seperti dokter, perawat, penderita lain, bangsal, lingkungan, peralatan, material medis, pengunjung atau keluarga, makanan dan minuman.
·         Perkembangan : perkembangan tubuh menjadikan faktor infeksi berkembang dalam tubuh.
6.      Karakteristik Patogen :
Patogen adalah parasit yang mampu menimbulkan penyakit pada inangnya.
Berbagai jenis patogen termasuk bakteri, virus, protista (amuba, plasmodium, dll.), Jamur, cacing parasit (cacing pipih dan cacing gelang), dan prion.
Sementara patogen ini menyebabkan berbagai penyakit mulai dari yang kecil sampai yang mengancam jiwa, penting untuk dicatat bahwa tidak semua mikroba bersifat patogen. Faktanya, tubuh manusia mengandung ribuan spesies bakteri, jamur, dan protozoa yang merupakan bagian dari flora normal. Mikroba ini bermanfaat dan penting untuk pengoperasian aktivitas biologis yang tepat seperti pencernaan dan fungsi sistem kekebalan tubuh. Mereka hanya menimbulkan masalah saat mereka menjajah lokasi di tubuh yang biasanya bebas kuman atau ketika sistem kekebalan tubuh terganggu. Sebaliknya, organisme patogen benar-benar memiliki satu tujuan: bertahan dan berkembang biak dengan segala cara. Patogen secara khusus disesuaikan untuk menginfeksi host, melewati respon kekebalan inang, bereproduksi di dalam inang, dan melepaskan inangnya untuk ditransmisikan ke host lain.
7.      Rantai Infeksi :
Rantai infeksi adalah sebuah model yang digunakan untuk memahami proses infeksi, berdasarkan pada model triad epidemiologi tradisional yang menyebutkan bahwa penyakit menular merupakan hasil interaksi dari agent-host-environment. Rantai infeksi terdiri atas: agen infeksius, reservoir , portal keluar dari reservoir, cara penularan, dan portal masuk ke dalam host .
·         Reservoir merupakan tempat dimana agent biasanya hidup dan memperbanyak diri ( multiplies ).
Reservoir manusia Carrier adalah orang yang tidak menampakkan gejala penyakit, tetapi mampu menularkan penyakit kepada orang di sekitarnya. Contoh penyakit: STD, campak, mumps , infeksi saluran nafas.
·         Portal of exit adalah cara bagaimana patogen meninggalkan host . Biasanya portal of exit berhubungan dengan tempat dimana patogen berada. Contoh: portal of exit kolera adalah tinja.
·         Modes of transmission agen yang bersifat infeksius dapat ditransmisikan dari reservoir alaminya ke host yang suseptibel melalui berbagai cara, yang dapat diklasiFkasikan:
·         Transmisi langsung ( direct ) : agen infeksius ditransmisikan dari reservoir ke pejamu suseptibel melalui kontak langsung atau percikan droplet.
o   Direct contact : terjadi melalui skin-to-skin kontak, ciuman, hubungan seksual, atau kontak langsung dengan tanah atau tanaman yang mengandung agen infeksius. Contoh: gonorrhea , hookworm .
o   Droplet spread : merujuk pada percikan yang banyak, pada jarak yang dekat, bisa berasal dari bersin, batuk, atau saat berbicara. Contoh: pertussis .
·         Transmisi tidak langsung ( indirect ) : agen infeksius ditransmisikan dari reservoir ke pejamu melalui udara, benda, vektor.
·         Airborne : agen infeksius bertahan lama dalam partikel (debu, droplet nuclei ) yang berada di udara. Contoh: measles , TB.
8.      Fase Infeksi (bakteri dan virus)
a.       Infeksi Virus :
Virus ialah organisme patogen terkecil 20-300 nm yang mengandung RNA atau DNA serta memilikiselubung protein atau capsid.
Gejala Infeksi  Bakteri                        :
Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi bakteri bervariasi tergantung bagian tubuh mana yang diinfeksi. Namun, gejala paling umum adalah demam. Jika seseorang terkena infeksi bakteri di tenggorokan, maka ia akan merasakan nyeri tenggorokan, batuk, dan sebagainya. Jika mengalami infeksi bakteri di pencernaan, maka ia akan merasakan gangguan pencernaan seperti diare, konstipasi, mual, atau muntah. Dan jika mengalami infeksi pada saluran kemih, maka ia akan merasakan keinginan buang air kecil (BAK) yang terus menerus, BAK tidak puas, atau bahkan nyeri saat BAK.
Penyebab Infeksi Bakteri        :
Bakteri merupakan organisme yang memilki satu sel. Salah satu cara bakteri untuk menginfeksi tubuh adalah dengan mengeluarkan toksin (racun) yand dapat merusak jaringan tubuh. Bakteri dapat menyebabkan infeksi tenggorokan, infeksi saluran pencernaan, infeksi pernapasan (seperti TBC), infeksi saluran kemih, hingga infeksi genital. Terdapat empat kelompok bakteri yang dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya: Bacilli, cocci, spirochaetes, dan vibrio.
·         Bacilli berbentuk batang dengan panjang sekitar 0,03 mm. Penyakit yang biasanya disebabkan oleh bakteri berbentuk bacilli antara lain tifoid dan sistitis.
·         Cocci berbentuk bulatan dengan diameter sekitar 0,001 mm. Bakteri berbentuk cocci biasanya membentuk kelompok-kelompok seperti berpasangan, membentuk garis panjang, atau berkumpul seperti anggur. Penyakit yang biasanya disebabkan oleh bakteri cocci antara lain infeksi stafilokokus dan gonorrhea.
·         Spirochaetes berbentuk seperti spiral. Bakteri ini menyebabkan penyakit sifilis.
·         Vibrio berbentuk seperti koma. Bakteri ini menyebabkan penyakit kolera.
Sel yang terinfeksi virus akan mengalami perubahan, yang secara mikroskopik dapat dilihat sebagai ciri sel terinfeksi virus berupa :
·         Pembengkakan sel (sitoplasma menggelembung) pada sel hati.
·         Inclusion body dijumpai pada infeksi virus Rabies pada sel neuron.
·         koilosit (sel inti sedikit membesar dan tampak keruh) dijumpai pada infeksipapiloma virus manusia.
·         Sel datia (sel berinti banyak dengan sitoplasma lebar) dijumpai pada infeksi cytomegalo virus (CMV)
·         Ground class (bangunan seperti dasar gelas yang terlihat di sitoplasma) dijumpai pada sel hari terinfeksi virus hepatitis B yang secara imunohistokimia merupakan selubung virus.
Patogenesis penyakit akibat infeksi virus dapat berlangsung karena beberapa hal, seperti :
·         Sel terinfeksi mati/nekrosis misalnya pada infeksi virus hepatitis A, yang bersifat hepatotoksik.
·         Fungsi sel tergangguoleh karena perubahan kecepatan metabolisme, seperti pada infeksi rotavirus yang mengganggu sintesis protein oleh entertorit yang berfungsi sebagai transportasi molekul dari lumen usus sehingga timbul diare.
·         Virus melepas mediator kimiayang mengganggu fungsi sel seperti pada infeksi virus influenza.
·         Menimlbulkan perubahan proliferasi sel yang tidak terkontrol, seperti pada infeksi HPV yang menimbulkan perubahan prakanker dan kanker.
·         Infeksi laten tanpa mengganggu sel, baru kemudian pada keadaan status imunitas seluler menurun akan menimbulkan penyakit, akibat perubahan sel lama setelah infeksi primer, misalnya pada infeksi cytomegalo virus dan herpes simplex.
Infeksi berbagai jenis virus yang menyebabkan penyakit sering digolongkan ke dalam sistem organ yang terkena seperti infeksi virus pernapasan, bentuk klinik yang ditimbulkan seperti virus yang menyebabkan eksantema, dan sifat infeksi laten virus.
Contoh virus :
·         Virus Influenza
·         Virus Morbili (Rubeola) Campak
·         Virus Rubella
·         Virus Mumps
b.      Infeksi Bakteri :
Bakteri merupakan sel hidup terkecil. Kebanyakan bakteri diklarifikasikan menurut komposisi dinding sel, menjadi tipe positif gram dan negatif gram.
Gejala Infeksi              :
Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi tergantung dari tipe virus, bagian tubuh yang terinfeksi, usia dan riwayat penyakit pasien, dan faktor lainnya. Gejala dari infeksi virus dapat mempengaruhi hampir seluruh bagian tubuh. Gejala yang biasanya ditimbulkan antara lain gejala seperti flu (demam, mudah lelah, nyeri tenggorokan, nyeri kepala, batuk, pegal-pegal, dan sebagainya), gangguan pencernaan (diare, mual, muntah, dsb), rash (kemerahan di kulit), bersin-bersin, malaise, hidung berair dan tersumbat, pembesaran kelanjar getah bening (KGB), pembengkakan tonsil, atau bahkan turunnya berat badan.
Penyebab Infeksi        :
Saat virus masuk ke dalam tubuh, biasanya ia menginvasi sel tubuh yang normal dan mengambil alih sel untuk memproduksi virus lainnya.Virus dapat menyebabkan penyakit yang paling ringan seperti common cold hingga sangat berat seperti AIDS. Seperti bakteri, terdapat berbagai bentuk virus yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Bentuk-bentuk virus tersebut antara lain:
·         Icosahedral: Lapisan luarnya terdiri atas 20 sisi datar yang memberikan bentuk seperti bola. Icosahedral merupakan bentuk yang dimiliki oleh kebanyakan virus.
·         Helical: Lapisan luarnya membentuk seperti batang,
·         Enveloped: Lapisan luarnya terbungkus oleh membran yang longgar, yang dapat berubah-ubah bentuk namun biasanya sering terlihat seperti bola.
Kompleks: Tidak memiliki lapisan luar, tapi intinya terlapisi
9.      Proses Inflamasi
Proses inflamasi (peradangan) merupakan bagian dari respon imun (sistem kekebalan tubuh). Mekanisme ini hanya diperlukan dalam kondisi tertentu dalam waktu yang tidak lama. Misalnya ketika suatu bagian tubuh mengalami luka terbuka, mekanisme inflamasi akan membantu menghilangkan sel yang rusak dan mempercepat proses penyembuhan. Sebaliknya, saat inflamasi terjadi dalam waktu yang lebih lama dari yang dibutuhkan, hal tersebut cenderung bersifat merugikan.
10.  Tanda Inflamasi
a.       Kemerahan (rubor)
Terjadinyawarna kemerahan ini karena arteri yang mengedarkandarah ke daerah tersebut berdilatasi sehingga terjadi peningkatan aliran darah ke tempat cedera (Corwin, 2008).
b.      Rasa panas (kalor)
Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan. Dimana rasa panas disebabkan karena jumlah darah lebih banyak di tempat radang daripadadi daerah lain di sekitar radang. Fenomena panas ini terjadi bilaterjadi di permukaan kulit. Sedangkan bila terjadi jauh di dalam tubuh tidak dapat kita lihat dan rasakan (Wilmana, 2007).
c.       Rasa Sakit (dolor)
Rasa sakit akibat radang dapatdisebabkan beberapa hal : (1) adanyaperengangan jaringan akibat adanya edema sehingga terjadi peningkatan tekanan lokal yang dapat menimbulkan rasa nyeri. (2) adanya pengeluaran zat-zat kimia atau mediator nyeri seperti prostaglandin, histamin, bradikmin yang dapat merangsang saraf-saraf perifer di sekitar radang sehingga dirasakan nyeri (Wilmana, 2007).
d.      Pembengkakan (tumor)
Gejala paling nyata pada peradangan adalah pembengkakan yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan aliran darah dan cairan ke jaringan yang mengalami cedera sehingga protein plasma dapat keluar dari pembuluh darah ke ruang interstitium (Corwin, 2008).
e.       Fungsiolaesa
Merupakan gangguan fungsi dari jaringan yang terkena inflamasi dan sekitarnya akibat proses inflamasi.
11.  Inflamasi akut dan kronik
a.       Inflamasi akut dimulai dalam hitungan detik atau menit ketika suatu jaringan mengalami kerusakan. Baik itu akibat luka fisik, infeksi, atau respon imun. Inflamasi akut dapat dipicu oleh beberapa kondisi seperti:
·         Bronkitis akut
·         Radang tenggorokan atau mengalami flu
·         Kulit lecet
·         Cedera
·         Olahraga berat
·         Dermatitis akut
·         Tonsillitis akut (penyakit amandel)
·         Sinusitis akut
b.      Inflamasi kronis terjadi dengan mekanisme yang lebih rumit sehingga dapat bertahan dalam hitungan tahun hingga bulan. Inflamasi kronis bisa terjadi ketika tubuh tidak dapat menghilangkan penyebab inflamasi akut, paparan penyebab inflamasi secara terus-menerus, dan juga bentuk respon autoimun di mana sistem imun menyerang jaringan yang sehat.
Penyakit yang sering berkaitan dengan inflamasi kronis diantaranya:
·         Asma
·         Tuberkulosis
·         Periodontitis kronis
·         Ulcerative colitis dan penyakit Crohn
·         Sinusitis kronis
·         Hepatitis kronis
12.  Diagnosis inflamasi
Melalui hitung darah dan pemeriksaan darahtepi adalah jenis pemeriksaan yang memberikan informasi tentang sel-sel darah klien. Hitung darah lengkap digunakan sebagai tes skrining yang luas untuk memeriksa gangguan seperti anemia, infeksi danlain sebagainya.
Untuk menegakkan diagnosis penyakit peradangan seperti sendi, dapat dilakukan beberapa hal berikut untuk dapat dilakukan semuanya.
o   Riwayat medis lengkap dan pemeriksaan fisikdengan memperhatikan pola keterlibatan sendi.
o   Evaluasi gejala selain gejala sendi.
o   Hasil sinar X, tes darah,dan penelitian lain.
13.  Penatalaksanaan inflamasi
Reaksi inflamasi akan diikuti oleh upaya pemulihan jaringan, yaitu Pada tahap awal proses penyembuhan luka, pembuluh darah akan menyempit untuk menghentikan pendarahan. Trombosit (sel yang berperan dalam pembekuan darah) menggumpal di area luka. Setelah pembekuan selesai, pembuluh darah akan melebar untuk mengalirkan darah ke area luka. Inilah alasan mengapa luka terasa hangat, membengkak, dan kemerahan.
Kemudian, sel darah putih membanjiri daerah tersebut untuk mencegah infeksi, dengan cara menghancurkan bakteri dan mikroba lainnya. Sel darah putih juga memproduksi senyawa kimia yang membantu memperbaiki jaringan yang rusak. Selanjutnya sel-sel kulit yang baru tumbuh sehingga menutup area luka.
o   PENGOBATAN
Harus ingat bahwa peradangan merupakan bagian dari proses penyembuhan. Kadang-kadang mengurangi peradangan diperlukan, tetapi tidak selalu. Pengobatan dapat dengan obat anti-inflamasi, seperti ibuprofen, aspirin, atau kortikosteroid.
Memberikan es dengan membungkusnya dengan kain atau kantong es lalu diletakkan pada kulit di mana merupakan daerah inflamasi telah terbukti mengurangi peradangan. Atlet biasanya menggunakan pengobatan es untuk mengelola rasa sakit dan peradangan. Peradangan bisa berkurang lebih cepat jika beristirahat, menggunakan es kompres pada daerah yang terkena.

REFERENSI :
Sherwood, L. 1996. Fisiologi manusia:dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC
Bab II Tinjauan Pustaka dari Univ. Sumatra Utama



Tidak ada komentar:

Posting Komentar